Petra ( Yordania ) Dalam Pandangan Islam.
TRAVELKITA.COM, YORDANIA —
Petra (dari πέτρα petra, “batu” dalam bahasa yunani, dalam bahasa arab: البتراء, al-Bitrā) adalah sebuah situs diMa`an, Yordania. Tempat ini terkenal dengan bangunan arsitektur yang dipahat pada bebatuan serta sistem pengairannya.
Diperkirakan dibangun pada awal tahun 312 sebelum masehi, sebagai ibu kota dari Nabath.
Petra adalah situs kebudayaan yang lokasinya memang diapit beberapa gunung. Diantaranya yaitu Jabal Harun (Gunung Harun) setinggi 1.350 meter menjadi puncak tertinggi di kawasan tersebut. Gunung Harun bernama lain Gunung Hor atau El-Barra ini konon adalah tempat pemakaman Nabi Harun alaihissalam. Beliau merupakan salah satu dari 25 Nabi yang wajib diimani oleh para muslim.
Nabi Harun sendiri adalah saudara Nabi Musa alaihissalam. Dalam sejarah kenabian Islam, mereka berdua saling melengkapi ketika berdakwah. Musuh terbesarnya adalah Raja Fir’aun yang menjadi penguasa peradaban Mesir Kuno. Raja yang ingin disembah menjadi Tuhan itu memiliki banyak tukang sihir.
Dengan adanya keterkaitan Petra, Nabi Harun dan Mesir Kuno maka sangat mungkin jika sejarah Petra kental dengan nuansa mistis nan religius. Sekarang sudah ada sebuah Masjid berkubah putih yang dibangun megah di Jabal Harun sebagai tempat wisata religi bagi ummat Muslim maupun umum.
Masjid putih tersebut dibangun pada abad ke-14 dan diyakini sebagai tempat persinggahan Nabi Harun beserta saudaranya ketika hendak melaksanakan tugas menemui Fir’aun dari Mesir.
Arsitektur yang dipakai menyusun Petra sangat sulit disaingi arsitektur masa kini. Seluruh bangunan kotanya dibuat dari batu pasir. Gayanya meniru model bangunan Timur Tengah dan wilayah Arab. Seni serta ornamen sebagai pengindahnya dipastikan selalu ada di setiap jenis bangunan. Bebatuan cadas dengan tinggi 40 meter yang dipahat entah menggunakan tekhnologi apa, yang jelas bangunan ini multifungsi. Sebagai benteng pertahanan sekaligus kota administratif.
Semua orang mengetahui kentalnya pengaruh Islam di kawasan Timur Tengah dan Jazirah Arab. Sehingga keberadaan Petra pun dapat dilihat dari kacamata Islam sebagai agama mayoritas bahkan agama resmi negara-negara di kawasan tersebut.
Penduduk Arab menamai Petra dengan julukan Al Bitra. Keberadaan bangunan kuno yang letaknya diapit pegunungan berbentuk sayap tersebut termuat dalam sebuah hadits. Imam Bukhari sebagai periwayat hadits yang shahih menyebutkan sejarah Petra secara tersirat.
Hadits dari Imam Bukhari tersebut menyebut sebuah bangsa Arab pada masa peradaban kuno. Bangsa tersebut adalah Anbath Asy Syam yang mendiami wilayah antara semenanjung Sinai sebagai bukit tempat Nabi Musa as menerima wahyu dengan semenanjung Harun.
Menurut kitab Al Qamus al Islami, Kota Petra yang berperadaban tinggi adalah peninggalan bangsa Anbath Asy Syam. Kota ini adalah pusat perdagangan internasional karena melibatkan kafilah-kafilah dagang dari wilayah Syam, Mesir dan Arab.
Ketika Islam sudah mulai muncul, bangsa Anbath Asy Syam sudah beralkulturasi dengan kebudayaan bangsa lain. Pernyataan ini dikemukakan dalam Athlas al Hadith al Nabawi ciptaan Dr. Syauqi Abu Khalil. Lebih lanjut, beliau mengemukakan bahwa Anbath Asy Syam mempunyai kaligrafi khas yang dinamakan Khath Nabthi.
UNESCO menyatakannya sebagai “salah satu peninggalan kultural yang paling penting dalam peradaban manusia” dan masuk sebagai Situs warisan Dunia UNESCO sejak 6 Desember 1985. Petra dipilih oleh majalah “Smithsonian” sebagai salah satu dari “28 tempat yang harus dikunjungi sebelum meninggal dunia”. Penetapan ini benar-benar menunjukkan kebesaran Petra yang unik tak tertandingi.