Secara umum, musim haji 2025 yang berlangsung di bawah cuaca ekstrem hingga 47 derajat Celsius telah berakhir tanpa insiden mencolok. Mulai tahun 2026 hingga 16 tahun ke depan, ibadah haji akan berlangsung dalam kondisi cuaca yang jauh lebih bersahabat.
Hussein Al-Qahtani, juru bicara Pusat Meteorologi Nasional (NCM) Saudi–seperti BMKG di Indonesia–menyatakan bahwa musim haji tahun ini menandai berakhirnya musim haji yang bertepatan dengan bulan-bulan musim panas.
Dikutip dari Saudi Gazette, Senin (9/6), Hussein mengatakan, delapan musim haji berikutnya akan terjadi selama musim semi, diikuti oleh delapan musim lagi di musim dingin. Jadi total 16 tahun musim haji.
Kemudian pelaksanaan haji jatuh pada musim gugur dengan suhu yang meningkat secara bertahap, sebelum kembali ke musim panas setelah sekitar 25 tahun.
Hussein menjelasan, pergeseran ini disebabkan oleh siklus kalender lunar (bulan) yang diadopsi oleh kalender Islam, Hijriah.
Dalam kalender Islam berbasis siklus bulan, terjadi pergeseran sekitar 10 hari setiap tahun. Sehingga musim haji akan berlangsung pada musim semi dan musim dingin mulai tahun 2026 hingga 2041.
Pada haji 2024, cuaca terik hingga 51 derajat Celsius turut menjadi pemicu wafatnya sedikitnya 1.200 jemaah haji dari berbagai negara pada fase Arafah, Muzdalifah, Mina (Armuzna).
Tahun 2025, haji juga berlangsung di bawah cuaca ekstrem. Arab Saudi melakukan banyak cara agar musibah haji 2024 tidak terulang, mulai dari memberantas calon jemaah haji ilegal hingga memperluas area jalan berpendingin.